Malam hari ini saya membuka akun Facebook saya dan membaca update status seorang teman seperti ini:
"kalo lg ngidam makan tempe yg enak, rasanya pengen pulang ke rumah di timur jawa. Kalo ingat para tetangga dan sedulur dg pertanyaan "kapan nikah?", lebih baik nikmati saja tempe yg ada sekarang :D"Lalu saya menulis comment ke teman saya itu kira2:
ya tinggal dijawab jeung, demi tempe enak ntar kalo dah jawab balik kesini sekalian bawain tempenya ya..hehe..Ya saya juga ikut merasakan apa yang dirasakan teman saya itu..
Sebagai penggemar tempe saya memang merasakan bahwa tinggal dijakarta kita tidak mempunyai kemewahan untuk makan tempe yang rasanya seenak tempe yang kita temui didesa, seperti kampung ibu saya di Solo. Selain itu yang saya ikut rasakan juga adalah bahwa pertanyaan "kapan nikah" pernah mengganggu saya tapi tidak sekarang.
Maksud saya pertanyaan itu masih sering ditanyakan kepada saya tapi bedanya sekarang saya memilih untuk tidak merasa terganggu dan merespon dengan tinggal menjawab apa adanya dan dengan sedikit tersenyum.
Dulu saya cenderung menghindari situasi dimana saya bisa menjadi "sasaran tembak" para "sniper" yang namanya juga sniper, kita sudah bersembunyi juga tetap saya ketahuan dan langsung ditembak ditempat, tidak peduli apa situasinya, ada siapa saja, seakan-akan menjadi pertanyaan wajib entah hanya iseng, menyindir, atau sebenarnya kalau saya ambil positifnya memprovokasi saya supaya cepat cepat cari pasangan dan menikah.. ya mudah mudahan yang terakhir deh :)
Nah kalau sudah terlanjur ketangkap basah oleh para sniper itu dan mereka mulai menembak, respon saya cenderung defensif dan akhirnya membuat saya merasa terganggu. Kadang ketika saya berkata jujur kepada mereka bahwa memang belum punya pasangan saya merasa seperti mereka punya indera pendeteksi kelemahan saya dan mulai memberondongi saya dengan lebih banyak pertanyaan yang sebenarnya retoris dan hanya justifikasi dari apa yang sebenarnya ingin mereka katakan yaitu saya sudah cukup ini itu untuk menikah..
crap!Well merasa cukup terganggu dengan pertanyaan tersebut saya coba memikirkan tentang hal ini dan berkesimpulan bahwa menghindari sniper sniper tersebut tidak akan memecahkan masalah. Gangguan ini hanya bisa diselesaikan dengan 2 hal:
1. Ketika saya sudah punya pasangan dan sudah berencana untuk menikah,
tapi ini rasanya belum bisa jadi alternatif karena saya belum punya pasangan, jadi alternatif kedua ini yang paling mungkin saya lakukan:
2. Menjawab apa adanya dan merespon dengan tenang, bagaimanapun sniper sniper itu memberondongi saya dengan peluru2 kaliber yang kelasnya lebih berat saya akan menjawab apa adanya dan tetap tenang. Kalau memang ada pertanyaan yang saya tidak tahu jawabannya saya cukup tersenyum sambil mengangkat bahu saya, bahasa tubuh yang cukup universal yang artinya "tidak tahu". Cukup jelas untuk menjawab pertanyaan mereka tapi cukup tidak jelas juga untuk membuat mereka tidak mengambil kesimpulan yang salah.
Niscaya kalau sniper sniper tersebut masih waras mereka akan berhenti mencecar walalupun mereka masih punya banyak amunisi..tapi kalau masih juga mencecar tetap tenang, mulai mengalihkan pembicaraan dan mulai ambil langkah seribu alias kabur, hehe... Oiya satu lagi jangan terlalu dianggap serius :)